visi

Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan (QS An Nahl [16]:97).



Friday, January 7, 2011

EFISIENSI DAN EFEKTIFITAS KERJA


Kebanyakan kita saat ini, banyak membuang-buang waktu dengan membicarakan sesuatu apakah itu politik, ekonomi, budaya dan yang lain-lainnya yang bukan menjadi tanggung jawabnya secara hakiki secara berlebihan. Misalnya dengan mengkritisi kinerja pemerintah, para pemegang amanah kepemimpinan ataupun para public figure tanpa waktu dan tempat yang tepat. Sehingga bukannya memberikan solusi, tetapi malah makin mengotori hati dan pikiran semua orang yang terlibat di dalam pembicaraan tsb.

Padahal sering sekali obrolan-obrolan atau diskusi-diskusi tsb, dilakukan dalam waktu yang cukup lama, yang mana kalau saja waktu-waktu tersebut bisa di gunakan secara tepat akan lebih banyak memberikan kemanfaatan yang jauh lebih banyak.

Dan yang lebih menyedihkan lagi, perilaku yang kurang bermanfaat itu, tidak hanya dilakukan oleh kalangan awam yang sekedar menghabiskan waktu luang, tetapi juga sering dilakukan di kalangan terpelajar yang belum bisa memanage waktu dlm kehidupannya secara baik dan juga oleh para tokoh di dalam masyarakat kita yang belum memiliki orientasi yang benar di dalam mengelola kehidupan bermasyarakat.

Ketika kita mencoba kembali kepada prinsip-prinsip di dalam Alquran dan Sunnah tentang tugas dan tanggung jawab kita sebagai manusia secara umum dan kemudian kita melihat tugas dan tanggung jawab kita secara khusus. Kita akan melihat bahwa tugas dan tanggung jawab kita secara khusus sebagai individu yang diberikan segala amanah kehidupan yang menyertainya, banyaklah sebagian besar kita yang tidak memperhatikannya secara maksimal. Pada umumnya kita, terpaku dengan tugas dan tanggung jawab kita secara umum, dan kurang memperhatikan tugas dan tanggung jawab kita secara khusus. Yang mana tugas dan tanggung jawab kita secara khusus ini, apabila dikerjakan secara maksimal akan memenuhi kewajiban kita secara umum dan menyempurnakannya.

Secara sederhana tugas dan tanggung jawab kita secara umum adalah :

1. Beribadah kepada Allah, sebagaimana firman Allah yang sangat populer bahwa Tidaklah Allah menciptakan manusia dan jin kecuali untuk beribadah kepadaNya. Dimana pemahaman beribadah ini masih sangat luas sehingga sebagian besar kita cenderung belum fokus di dalam melaksanakannya. Bahkan dengan pemahaman yang sangat terbatas menyebabkan hal ini pun tidak bisa dilaksanakan.

2. Sebagai Khalifah Allah di atas Bumi ini. Sebagai khalifah diharapkan setiap individu dapat memainkan perannya secara maksimal sehingga terjadilah sinergi yang harmonis sebagaimana sinerginya alam semesta ini di dalam kekuasaan Allah. Dengan mensinergiskan setiap peran kita ini, maka akan didapat sebuah tujuan akhir dimana tidak ada lagi tempat di atas permukaan bumi ini, kecuali nilai-nilai Islami dapat diterapkan secara optimal sehingga dapat memberikan keberkahan kepada siapa saja atau apa saja yang hidup di atas permukaan bumi ini. Demikian juga dengan tugas manusia sebagai khalifah, yang masih belum dapat diterjemahkan secara sederhana oleh sebagian masyarakat kita. Sehingga hal ini pun belum dapat dilaksanakan oleh sebagian besar masyarakat kita.

Nah kalau kita sekarang mencoba melihat tugas dan tanggung jawab kita sebagai manusia secara khusus, yaitu sbb :

1. Sebagai Individu, Allah berfirman

"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.." (QS. At Tahrim 6)

Hadis riwayat Ibnu Umar ra.: Dari Nabi saw. bahwa beliau bersabda: Ketahuilah!

Masing-masing kamu adalah pemimpin, dan masing-masing kamu akan dimintai
pertanggungjawaban terhadap apa yang dipimpin. Seorang raja yang memimpin
rakyat adalah pemimpin, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap yang
dipimpinnya. Seorang suami adalah pemimpin anggota keluarganya, dan ia akan
dimintai pertanggungjawaban terhadap mereka. Seorang istri juga pemimpin bagi
rumah tangga serta anak suaminya, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban
terhadap yang dipimpinnya. Seorang budak juga pemimpin atas harta tuannya, dan
ia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap apa yang dipimpinnya. Ingatlah!
Masing-masing kamu adalah pemimpin dan masing-masing kamu akan dimintai
pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya. (Shahih Muslim No.3408)

Hendaklah setiap kita mulai memperhatikan tanggung jawab kita sebagai seorang pemimpin, yang di mulai dari

1.a. Memimpin Diri Sendiri

Sudahkah kita menyiapkan diri kita dengan jawaban apabila kita ditanya oleh Para Malaikat di yaumil hisab nanti tentang pemenuhan kewajiban kita terhadap diri kita sendiri. Sudahkah kita memaksimalkan diri kita dengan ilmu yang harus dipenuhi agar setiap bagian dari tubuh kita ini dapat memenuhi kewajibannya.Dan sudahkah kita memaksimalkan diri kita agar setiap bagian tubuh kita ini dapat memenuhi kewajibannya.

Dengan menjawab pertanyaan tersebut di atas, maka terbuktilah bahwa diri kita selama ini, banyak sekali membuang waktu dengan lebih banyak mengkritisi orang lain, menjelek-jelekkan orang lain, merendahkan orang lain. Sehingga kita sering seperti peribahasa Kuman di seberang lautan tampak, tetapi gajah di pelupak mata tidak tampak.

1.b. Memimpin Keluarga

Sudahkah kita mengkondisikan keluarga yang menjadi tanggungan kita, Istri-istri, anak-anak kita dan kondisi rumah kita supaya dapat meneladani rumah tangga Rosulullah SAW. Setiap anggota keluarga kita berusaha menjadi seorang muslim yang taat di dalam beribadah kepada Allah. Sudahkah kita menyiapkan ilmu yang dibutuhkan di dalam mengelola rumah tangga agar dapat sesuai dengan yang di harapkan oleh Allah dan Rosulullah SAW. Sudahkah kita menyiapkan agar setiap individu yang dibawah tanggungan kita, dapat menjawab setiap pertanyaan yang akan ditanyakan oleh para Malaikat di yaumil hisab nanti agar kita terbebas dari tuntutan mereka, karena kita mengabaikan mereka ketika hidup di dunia.

Dengan menjawab pertanyaan tersebut di atas, maka terbuktilah bahwa kita lebih sering mengkritisi, atau menjelek-jelekan atau meremehkan keluarga lain. Kita lebih giat untuk memberikan ceramah-ceramah atau presentasi-presentasi keluar rumah bahkan keluar kota tetapi melupakan kondisi keluarga di rumah. Bahkan hubungan dengan tetangga dan lingkungan juga tidak harmonis.

1.c. Amanah Kepemimpinan yang diemban

Apakah kita sebagai pemimpin di dalam level RT, RW, LURAH, CAMAt dan seterusnya ataukah sebagai pemimpin sebuah perusahaan baik itu milik pemerintah atau swasta. Sudahkah kita memaksimalkan seluruh yang menjadi tanggung jawab kita agar dapat menjadi hamba Allah yang taat beribadah kepada Allah SWT. Tentunya dengan bil hikmah di dalam mengajaknya. Sudahkah kita memaksimalkan ilmu di dlm pengelolaan perusahaan agar perusahaan dimana kita di amanahkan dapat menjadi perusahaan yang maju dan mensejahterakan semua yang trerlibat didalamnya.

Dengan menjawab pertanyaan diatas, ternyata kita cenderung egois, hanya mementingkan diri sendiri, faktor materi atau dunia lebih dominan yang mengarahkan kita di dalam bergerak selama ini.

2. Sebagai bagian dari Masyarakat ( Makhluq Sosial)

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa.” (QS. Al Maa’idah [5] : 2)

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar.” (QS. Ali Imron [3] : 104)

Dari Abu Sa'id Al Khudri radhiyallahu 'anhu, dia berkata, "Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

"Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran, hendaklah dia merubahnya dengan tangannya. Apabila tidak mampu, hendaklah dia merubah hal itu dengan lisannya. Apabila tidak mampu lagi, hendaknya dia ingkari dengan hatinya dan inilah selemah-lemah iman." (HR. Muslim no. 49)

Allah sangat mendorong hambaNya agar dapat membina kehidupan secara berjamaah, sebagaimana Allah memberikan keutamaan yang lebih bagi hambaNya yang dapat sholat berjamaah. Sehingga nilai seorang yang sholat sendiri,lebih rendah nilainya dari yang sholat berjamaah walaupun hanya berdua saja.

Dan sebagaimana kita pahami bahwa, perintah Allah di dalam hal sholat adalah dengan kalimat 'mendirikan' sholat tidak sekedar mengerjakan sholat. Yang memiliki arti bahwa Nilai - nilai sholat harus dapat di implementasikan dalam kehidupan kita sehari-hari. Demikian pula halnya dalam berjamaahnya kita di setiap sisi kehidupan kita di dalam masyarakat. Ketika kita dapat berjamaah di dalam kehidupan bermasyarakat, maka yang penakut jadi pemberani, yang berat jadi ringan, yang sedikit bisa jadi banyak.

Nah sudahkah kita mengupayakan agar kita dan tetangga - tetangga di sekitar tempat kita tinggal saat ini dapat hidup secara berjamaah, saling tolong menolong di dalam kebaikan dan ketaqwaan, saling memuliakan dan saling mengutamakan saudaranya.

"Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung"(QS. Al Hasyr 19)

" Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” (An-Nisa: 36)

Nabi saw. bersabda, “Jibril selalu menasihatiku untuk berlaku dermawan terhadap para tetangga, hingga rasanya aku ingin memasukkan tetangga-tetangga tersebut ke dalam kelompok ahli waris seorang muslim.” (Bukhari dan Muslim)

Abu Dzarr r.a. berkata, bersabda Rasulullah saw., “Hai Abu Dzarr, jika engkau memasak sayur, perbanyaklah kuahnya dan perhatikan (bagilah tetanggamu).” (Muslim)

Abu Hurairah berkata, bersabda Nabi saw., “Demi Allah, tidak beriman, demi Allah, tidak beriman, demi Allah, tidak beriman.” Ditanya, “Siapa, ya Rasulullah?” Jawab Nabi, “Orang yang tidak aman tetangganya dari gangguannya.” (Bukhari dan Muslim)

Abu Hurairah berkata, bersabda Nabi saw. “Siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir hendaklah memuliakan tetangganya.” (Bukhari dan Muslim)

Ketika melihat kenyataan di atas, ternyata kita lebih sering berdiskusi dengan tetangga atau teman-teman kita tentang sesuatu yang diluar jangkauan kita. Banyak membuang waktu dengan membicarakan sesuatu tanpa ada penyelesaian yang jelas, karena memang bukan wilayah tanggung jawab kita. Misalnya mengkritisi kinerja pemerintah, meributkan perilaku para aparat perintah secara berlebihan tanpa mengambil pelajaran darinya, mencela para publik figure tanpa introspeksi diri. Sehingga terkadang kita jadi terprovokasi untuk memikirkan sesuatu yang diluar jangkauan kita, seperti memikirkan aturan hukum di negara kita yang carut marut padahal kita tidak memiliki kewenangan untuk merubahnya. Yang pada dasarnya, energi dan potensi kita sering terbuang percuma untuk suatu aktifitas yang sering melalaikan kita dari kewajiban kita yang seharusnya.

Sehingga kita menjadi lupa bahwa kita harus merapatkan barisan di dalam menyelesaikan urusan lingkungan sekitar rumah kita. Pada umumnya kita merasa sudah aman, ketika anggota keluarga kita sudah tidak kekurangan apapun juga dalam hal materi, walaupun tetangga kita ada yang kelaparan atau ada yang tidak sanggup lagi membiayai anaknya untuk melanjutkan sekolahnya.

Kita semua seakan kebakaran jenggot, ketika ada saudara kita yang dimurtadkan lantaran faktor ekonomi. tetapi kita gak pernah berpikir dan berusaha secara maksimal untuk saling berangkulan dan saling bersatu untuk mengentaskan kemiskinan di wilayah tempat tinggal kita. Yakinlah, bahwa ketika setiap kaum muslimin bersatu padu meningkatkan kepeduliannya untuk bisa saling berbagi agar dapat membantu saudaranya yang kekurangan secara materi. Hal ini akan dapat dengan mudah menyelesaikan permasalahannya.

Nabi juga bersabda, “Orang yang tidur dalam keadaan kenyang sedangkan tetangganya lapar, bukanlah umatku.”

Nah dengan memperhatikan tugas dan tanggung jawab kita secara khusus, semoga kita dapat lebih mengfokuskan langkah dan gerak kita dalam kehidupan ini. Sehingga lebih terarah dan terhindar dari sikap dan perilaku yang membuang-buang waktu dan potensi yang telah Allah anugerahkan kapada kita.

Yang terakhir, mengajak masyarakat untuk dapat sholat berjamaah bukanlah hal yang mudah, shg terbukti sampai saat ini. Kita bisa melihat jumlah jamaah sholat jumat jauh lebih banyak dibandingkan sholat shubuh. Lebih sulit lagi ketika mengajak masyarakat untuk dapat hidup berjamaah. saling tolong menolong, saling memuliakan dan saling mengutamakan saudaranya. tetapi dengan pertolongan dari Allah. Segala sesuatunya akan bisa terwujud, kalau tidak saat ini bisa terjadi nanti. kalaupun tidak generasi kita, itu akan terwujud pada generasi anak dan cucu kita.

Yang pasti Allah tidak akan melupakan setiap langkah usaha kita untuk mewujudkan itu semua, sekecil apapun juga. Hasbunallah wa ni'mal wakil ni'mal maula wa ni'man nashir ...


"Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh"(QS. Ash Shaff 4)



Wallahu A'lam



No comments:

Post a Comment