visi

Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan (QS An Nahl [16]:97).



Sunday, March 18, 2012

Muhasabah

(03/17)

Shahabatku ..

Ayo kita isi hari jumat kali ini dgn banyak berzikir kpd Allah, bertaqarrub dan beribadah kpd-Nya, memuji-Nya, mengagungkan-Nya dan memohon ampun kpd-Nya.

Hai orang2 yg beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yg bahan bakarnya adalah manusia dan batu .. QS. At Tahrim 6

Hai orang2 kafir, janganlah kamu mengemukakan alasan pada hari ini, sesungguhnya kamu hanya diberi balasan menurut apa yg telah kamu kerjakan .. QS. At Tahrim 7

Hai orang2 yg beriman, bertobatlah kpd Allah dengan sebenar2nya (Taubatan Nashuha), mudah2an Tuhan kamu akan menghapus kesalahan2mu dan memasukkan kamu ke dlm surga2 yg mengalir dibawahnya sungai2 ... QS. At Tahrim 8

Ya Robb .. Sesungguhnya setiap langkah hidup kami .. Pada hakekatnya menuju ke tempat peristirahatan kami yg terakhir ..

Ya Robb .. Tiada hentinya Engkau curahkan nikmatMu kpd kami .. Tetapi tiada henti pula kami lalai dan bermaksiat kepadaMu .. Malu hati kami terasa apabila kami berharap surgaMu Ya Robb .. Ya Ghofuururrahiim

Ya Robb .. Tetapi diri ini pun tiada kuasa utk menerima azab siksa nerakaMu .. Yg mana api terdingin dari neraka .. Apabila kami injak akan mendidihkan isi kepala kami .. Ya Robb jauhkanlah kami dr api neraka .. Ya Ghofuururrahiim

Ya Robb .. Ampunilah dosa kesalahan kami apabila kami kurang bisa bershabar dgn ujian dariMu .. Kurang shabar di dlm ketaatan thd apa yg Engkau perintahkan kpd kami .. Kurang shabar di dlm menjauhi laranganMu ..

Ya Robb .. Ampunilah dosa kesalahan kami apabila kami kurang bersyukur dgn segala kenikmatan dariMu .. Kami sering melupakanMu ketika mendapatkan nikmat dariMu .. Seolah2 semua kenikmatan itu bukanlah karenaMu .. Shg kami puaskan seluruh kenikmatan itu utk kebutuhan nafsu kami dgn melupakanMu ..

Ya Robb ampunilah segala dosa2 kami, juga dosa orang tua kami, guru2 kami, para pemimpin kami dan juga dosa saudara2 kami .. Krn hanya Engkaulah yg Maha menerima taubat ..

Aamiin Taqobbal Yaa Kariim

¤alifudin¤

MUHASABAH, PENYEBAB CINTA

(03/19)

Shahabatku ..

Malik bin Dinar pernah berkata :

" Allah merahmati hamba yg berkata kpd jiwanya : " Bukankah engkau menyukai ini ... ? Menyukai itu ... ? Lalu ia mencaci dan mengikat jiwanya tsb dan memaksakan kpd nya kitab Allah. Maka jadilah dia (kitab Allah) sbg penuntun bagi jiwanya. "

Rosulullah SAW bersabda " Tidak beriman seorang diantara kalian shg hawa nafsunya mengikuti ajaran2 yg aku bawa "

Oleh krn itu shahabatku, semustinyalah bagi seseorang yg mengaku dirinya beriman kpd Allah dan hari Akhir, utk tdk lupa dlm menghisab (mengintrospeksi) diri, senantiasa mengekang gejolak hawa nafsunya shg setiap alunan nafas dlm kehidupan dunia nya merupakan mutiara yg bernilai yg bisa dibelikan khazanah kenikmatan dan kesenangan abadi.

Dan sebaliknya, menyianyiakan setiap alunan nafas dgn menjadikannya sbg alat utk membeli kenikmatan sementara adlh merupakan kerugian besar. Dan ini tak mungkin dilakukan kecuali oleh manusia yg paling dungu dan pandir. Dan kerugian tsb akan nampak pd hari kiamat :

"Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan dihadapkan (dimukanya), begitu (juga) kejahatan yang telah dikerjakannya; ia ingin kalau kiranya antara ia dengan hari itu ada masa yang jauh; dan Allah memperingatkan kamu terhadap siksa-Nya. Dan Allah sangat Penyayang kepada hamba-hamba-Nya." (QS. Ali Imron 30)

Ya Robb .. Karuniakanlah petunjuk dan kekuatan kpd kami utk senantiasa mengintropeksi diri agar kami dpt senantiasa memperbaiki kualitas ibadah kami kpd-Mu .. Aamiin

¤alifudin¤

MANFAAT MUHASABAH

(3/22)

Shahabatku ..

Di antara manfaat2 Introspeksi Diri itu adalah :

1. Mengetahui Cela Diri Sendiri

- Yg dengannya kita dpt terus menerus memperbaiki diri.

Muhammad bin Wasi' berkata : "andaikata dosa itu mempunyai bau, niscaya tak seorangpun yg mau duduk2 bersamaku."

- Kita akan disibukkan dgn memikirkan bgmn utk memperbaiki diri. Dan tdk memiliki kesempatan utk memikirkan aib orang lain. Shg dijauhkan dari perilaku mencari2 aib orang dan berghibah.

2. Mengetahui hak Allah atas dirinya

- Dijauhkan dari sifat ujub dan takabur krn mengetahui betapa lemahnya diri ini tanpa pertolongan Allah SWT

- Semakin menyadari hak2 Allah yg hrs ditaati dan bukan utk dimaksiati. Agar selalu mengingat-Nya dan bukan utk dilupakan. Dan agar selalu mensyukuri nikmat-Nya dan bukan utk dikufuri.

Ya Robb ..

Ampunilah segala dosa dan maafkanlah kesalahan hamba-Mu ini. Berikanlah kami petunjuk dan kekuatan utk dpt memperbaiki diri .. Aamiin

¤alifudin¤

SABAR SETIAP SAAT

(04/01)

Shahabatku ..

Sabar adlh sesuatu yg tdk dpt dipisahkan dari hidup seorang manusia. Kita memerlukannya utk mengendalikan nafsu ini agar dpt tunduk kpd ajaran2 nabi SAW.

Ketika senang kita perlu sabar

Ketika sedih juga perlu sabar

Ketika banyak uang kita perlu sabar

Ketika kesulitan uang kita juga perlu sabar

Ketika sehat kita perlu sabar

Ketika sakit juga perlu sabar

Singkat kata dlm kehidupan seorang mukmin, sabar hrs senantiasa melekat dimana saja dan kapan saja.

Shahabatku ..

Sabar adlh kekhasan manusia, sesuatu yg tidak terdapat di dlm binatang sbg faktor kekurangannya, dan di dlm malaikat sebagai faktor kesempurnaannya.

Binatang telah dikuasai penuh oleh syahwat. Krn itu, satu-satunya pembangkit gerak dan diamnya hanyalah syahwat. Juga tidak memiliki “kekuatan” untuk melawan syahwat dan menolak tuntutannya, sehingga kekuatan menolak tersebut bisa disebut sabar.

Sebaliknya, malaikat dibersihkan dari syahwat shg selalu cenderung kpd kesucian ilahi dan mendekat kepada-Nya. Krn itu tidak memerlukan “kekuatan” yg berfungsi melawan setiap kecenderungan kepada arah yang tidak sesuai dengan kesucian tersebut.

Tetapi manusia adlh makhluk yg dicipta dlm suatu proses perkembangan; merupakan makhluk yg berakal, mukallaf (dibebani) dan diberi cobaan, maka sabar adlh “kekuatan” yg diperlukan untuk melawan “kekuatan” yg lainnya. Sehingga terjadilah “pertempuran” antara yg baik dgn yg buruk. Yang baik dapat juga disebut dorongan keagamaan dan yg buruk disebut dorongan syahwat.

Ya Robb ..

Karuniakanlah kesabaran kpd kami dlm kehidupan ini dan kuatkanlah langkah2 hidup kami agar senantiasa dpt mengikuti tuntunan agama-Mu ..

Aamiin

¤alifudin¤

Detik Wafatnya Rosulullah SAW

¤ Detik Wafatnya Rosulullah SAW ¤

Jangan khawatir, wahai Rasul Allah : Aku pernah mndngar اللّه berfirman kepadaku : "Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya", Malaikat Jibril berkata.

Detik2 semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik.

Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini". Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam sambil meneteskan airmata, Ali yg disampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka.

"Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu.

"Siapakah yg sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal", kata Jibril.
Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, krn sakit yang tidak tertahankan lagi.

Mengetahui dahsyat sakratul maut, nabi mengangkat tangannya bermunajat kpd Allah, 'Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku".
Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi.
Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu...

Ali segera mendekatkan telinganya. "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanukum" - "peliharalah shalat dan peliharalah orang2 lemah di antaramu".

Diluar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan sambil meneteskan air mata. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yg mulai kebiruan.
"Ummatii, ummatii, ummatiii ?" - "Umatku, umatku, umatku"

Dan.. berakhirlah hidup manusia mulia yg memberi sinaran itu.

Kini, mampukah kita mencintai sepertinya ??
آللّهُمَ صَلّیۓِ ۈسَلّمْ عَلۓِ سَيّدنَآ مُحَمّدْ وَ عَلۓِ آلِ سَيّدنَآ مُحَمَّدٍ
Betapa cintanya Rasulullah kpda kita.
Subhanallah.
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِِ
Mari Kirimkan ini pd sahabat muslim agar timbul kesadaran utk mengingat maut dan mencintai Allah dan RasulNya.

DEFINISI SABAR

(04/02)

Shahabatku ..

Sabar termasuk akhlak yang paling utama yang banyak mendapat perhatian Al-Qur’an dalam surat-suratnya. Imam al-Ghazali berkata, “Allah swt menyebutkan sabar di dalam al-Qur’an lebih dari 70 tempat.”

Ibnul Qoyyim mengutip perkataan Imam Ahmad: “Sabar di dalam al-Qur’an terdapat di sekitar 90 tempat.”

Abu Thalib al-Makky mengutip sebagian perkataan sebagian ulama: “Adakah yang lebih utama daripada sabar, Allah telah menyebutkannya di dalam kitab-Nya lebih dari 90 tempat. Kami tidak mengetahui sesuatu yang disebutkan Allah sebanyak ini kecuali sabar.”

Sabar menurut bahasa berarti menahan dan mengekang. Di antaranya disebutkan pada QS.Al-Kahfi [18]: 28 '"Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas."

Ya Robb .. Berilah petunjuk dan kekuatan kpd kami utk dpt bersabar Istiqomah di jalan yg Engkau ridoi ..

Aamiin

MACAM2 KESABARAN

(04/03)

¤ Shahabatku ..

Aspek kesabaran sgt luas, lebih luas dari apa yg selama ini dipahami oleh orang mengenai kata sabar. Imam al-Ghazali berkata, “Bahwa sabar itu ada dua; pertama bersifat badani (fisik), seperti menanggung beban dengan badan, berupa pukulan yg berat atau sakit yg kronis. Yg kedua adalah al-shabru al-Nafsi (kesabaran moral) dari syahwat-syahwat naluri dan tuntutan-tuntutan hawa nafsu.

Bentuk kesabaran ini (non fisik)beraneka macam;

Jika berbentuk sabar (menahan) dari syahwat perut dan kemaluan disebut iffah. Agar kita mampu hanya mengambil yg halal dan tdk berlebih-lebihan, diperlukan kesabaran.

Jika menghadapi musibah dunia, secara singkat disebut sabar (umumnya yg dikenal masyarakat). Spy terhindar dr keluh kesah dan hanya menggantungkan harapan kpd Allah, diperlukan kesabaran.

Jika sabar di dalam kondisi serba berkecukupan disebut mengendalikan nafsu, kebalikannya adlh kondisi yg disebut sombong (al-bathr). Sabar diperlukan agar mampu mengelola dunia yg dititipkan di jln Allah SWT.

Jika sabar di dlm peperangan dan pertempuran disebut syaja’ah (berani), kebalikannya adalah al-jubnu (pengecut)

Jika sabar di dalam mengekang kemarahan disebut lemah lembut (al-hilmu), kebalikannya adalah tadzammur (emosional).

Jika sabar dalam menyimpan perkataan disebut katum (penyimpan rahasia). Sabar diperlukan agar kita tdk menyebar luaskan aib saudara2 kita dan hanya berkata yg mengandung dzikrullah.

Shabar adlh pondasi keimanan, krn ketaatan kpd Allah dan Rosul-Nya memerlukan kesabaran. Ketika pada suatu hari Rasulullah saw ditanya ttg iman, beliau menjawab: Iman adlh sabar. “Dan orang2 yg sabar dlm musibah, penderitaan dan dalam peperangan mereka itulah orang-orang yg benar imannya, dan mereka itulah orang2 yg bertakwa” (QS. Al-Baqarah 177)

¤ Ya Robb,

Kuatkan kesabaran di dlm diri kami ini agar Engkau karuniakan istiqomah kpd kami dlm agama-Mu .. Aamiin

¤alifudin¤

TAHAPAN KESABARAN

(04/04)

بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

¤ Shahabatku ..

Di dlm menjalankan ketaatan kpd Allah, kita memerlukan kesabaran dlm tiga hal sbb :

1. Sebelum melakukan amal, dgn cara memperbaiki niat supaya hanya berharap ridho Allah SWT (Ikhlas)

2. Di dlm menjalankan ketaatan agar mampu menentang hawa nafsu yg timbul utk menghalangi dan menggoda agar meninggalkan ketaatan tsb serta memalingkan hati dari menghadap Allah

3. Setelah beramal. Sabar utk tdk melakukan segala sesuatu yg dpt membatalkan dan merusak amal tsb. Apakah yg dpt membatalkan dan merusak amal ? Diantaranya Yaitu Ria, Ujub dan Takabbur

Sedangkan Sabar thd kemaksiatan adlh dgn memutuskan hal-hal yg disenangi oleh selera nafsu dan menjauhkan diri dr perbuatan atau pergaulan dan kata2 yg membangkitkan nafsu tsb.

Ya Robb .. Berilah petunjuk dan kekuatan kpd hamba utk dpt bersabar di dlm kehidupan di dunia yg sementara dan singkat ini .. آميــــــــــــــــــــن

¤alifudin¤

SABAR DGN PASANGAN HIDUP KITA

(04/05)

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

» Shahabatku ..

Rosulullah SAW bersabda :

"Barang siapa (di antara para suami) bersabar atas perilaku buruk dari Istrinya, maka Allah akan memberinya pahala seperti yang Allah berikan kepada Ayyub atas kesabarannya menanggung penderitaan. Dan barang siapa (di antara para Istri) bersabar atas perilaku buruk Suaminya, maka Allah akan memberinya pahala seperti yang Allah berikan kepada Asiah, Istri Fir'aun." (HR. Nasa-iy dan Ibnu Majah)

» Shahabatku ..

Nikmatilah indahnya hidup ini dgn menghiasi diri kita dgn sifat Shabar ketika berhadapan dgn apa2 yg tdk kita harapkan ..

Krn Nabi SAW juga kembali mengingatkan kita :

"Sesungguhnya ketika seorang Suami memperhatikan Istrinya dan begitu pula dengan Istrinya, maka Allah memperhatikan mereka dengan penuh rahmat, manakala Suaminya rengkuh telapak tangan Istrinya dengan mesra, berguguranlah dosa-dosa Suami-Istri itu dari sela jemarinya." (Diriwayatkan Maisarah bin Ali dari Ar-Rafi' dari Abu Sa'id Alkhudzri ra)

Subhanallah, indah nian hidup ini ketika kita melandaskan hidup kita kpd aturan yg dibuat oleh Yang Maha Menciptakan dan Memelihara kita ..

اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّد
أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الْعَظِیْمَ

* Ya Robb .. Karuniakanlah hamba-Mu ini hati yg senantiasa ridho atas segala ketetapan-Mu .. Dan Karuniakanlah kesabaran kpd hamba-Mu ini agar dpt istiqomah di jln agama-Mu ..

أَمِِيْن يَا رَبَّ العَالَمِينَْأمِينْ يَا مُجِيبَ السَّائِلِينْ

¤alifudin¤

AYO KITA BERSYUKUR

(04/07)

بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Apa Yang ADA jarang Disyukuri
Apa yang TIADA sering dirisaukan

Nikmat yang dikecap, Baru kan Terasa
Jika hilang

Apa yg diburu, timbul rasa jemu
Jika sudah di dlm genggaman

Shahabatku ..

Sering kita merasa hidup rasanya sempit, dada sesak dan pikiran gelap lantaran satu atau dua keadaan yg tdk sesuai dgn keinginan kita.

Dlm kondisi spt ini .. Datanglah Syetan membisikkan ke dlm qolbu kita dan mengatakan spy kita menyalahkan Allah .. Shg timbul dlm diri kita .. Perasaan bahwa Allah tdk adil dlm kehidupan ini.

Atau kita merasa klo doa-doa yg kita panjatkan tdk di dengar Allah .. Krn apa yg kita harapkan selalu tdk diperoleh.

Shg hari2 yg dilalui dipenuhi dgn kegelisahan yg berkepanjangan.

Shahabatku ..

Ketika hal tsb menimpa diri kita .. Berhati-hatilah .. Jangan2 Allah sedang menimpakan hukumannya kpd kita krn kita kurang bersyukur kpdnya ..

".. 'Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih'." (QS. Ibrahim 7)

Shahabatku ..

Sebetulnya apa yg kita alami saat ini .. Seberat apapun cobaan yg kita hadapi .. Tdklah menjadikan kita harus lupa utk bersyukur kpd Allah .. Krn Nikmat yg kita rasakan dan kita dptkan .. Dari dulu hingga saat ini .. Jauh lbh banyak dan lebih luas daripada cobaan musibah yg kita hadapi saat ini.

Cobaan musibah yg kita hadapi saat ini hanyalah sekilas episode hidup yg sunatullah .. Yg memang harus ada .. Krn hidup selalu berganti2 suasananya ..

Kadang sedih .. Kadang Gembira
Kali ini tertawa .. Besok Menangis
Hari ini sehat .. Lusa sakit
Bulan ini banyak uang .. Bulan depan seret bgt
Tahun lalu sukses .. Tahun ini bisnis merugi
Sekarang anak2 lagi nurut .. Sejam kemudian ngeselin kita
Berapa hari yg lalu suami/istri menyenangkan bgt .. Hari ini bikin kita bete
Teman sekantor kemaren bikin kita semangat kerja .. Hari ini bikin kita kesel.

Itulah hidup

SYUKUR KUNCI KEBAHAGIAAN

(04/08)

¤ Shahabatku ..

Hidup akan terasa indahnya .. Apabila kita mampu bersyukur kpd Allah

Semakin kita mampu mensyukuri nikmat yg telah Allah berikan .. Maka akan semakin berbahagia dan akan semakin dpt merasakan betapa indahnya hidup di dunia yg sementara ini

Ketika syukur sdh menjadi bagian yg tdk terlepaskan dlm kehidupan kita maka kita akan dituntun utk dpt menikmati setiap episode dlm kehidupan ini dgn hati yg lapang, pikiran terbuka dan tubuh yg akan senantiasa aktif utk mewujudkan rasa syukur ini dlm kehidupannya.

Semakin dpt bersyukur .. Kenikmatan dari Allah akan semakin deras mengalir dlm kehidupan kita.

Ketika nikmat makin terasa mengalir deras .. Semakin besar keinginan kita utk memperbaiki kualitas ibadah kita kpd Allah SWT.

Ketika nikmat makin terasa mengalir dlm kehidupan kita .. Hidup akan terasa begitu singkat .. Hingga ketika ajal menjemput kita .. Kita msh terus menerus berusaha utk meningkatkan kualitas ibadah kita sbg bentuk rasa syukur kita kpd Allah SWT.

Dan kita akan dijemput oleh ajal kita .. Dlm keadaan dipenuhi rasa syukur yg memuncak .. Shg Allah akan memberikan kita kenikmatan yg terbesar dlm kehidupan dunia ini ..

Apakah itu ??? Ia adalah kematian yg Khusnul Khotimah ..

Yah .. Itulah sesungguhnya dambaan terbesar setiap orang yg beriman kpd Allah SWT.

¤ Ya Robb ..

Karuniakanlah kesanggupan kpd kami utk dpt mensyukuri nikmat dari-Mu .. آميــــــــــــــــــــن

¤alifudin¤

KIAT SYUKUR

(04/09)

بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Shahabatku ..

Dua hal yg menyebabkan manusia harus bersyukur (berterimakasih) kpd Allah SWT

1. Nikmat Penciptaan dan Pemeliharaan Diri Kita (51 / 56 - 58)

2. Nikmat Bimbingan dlm Kehidupan dgn diturunkannya hidayah Allah berupa Al Quran dan As Sunah (76/3)

Semoga Allah memberi petunjuk dan kekuatan kpd kita, agar kita bisa menjadi hambaNya yg pandai mensyukuri nikmat dari Nya ...

"Maka Nikmat Tuhanmu yg manakah yg kamu dustakan"

Syukur harus meliputi :
1. Yakin bahwa semua nikmat dari Allah SWT
2. Lisan mengucapkan syukur (hamdalah)
3. Menjadikan seluruh nikmat menjadi jalan menuju Pemberi Nikmat (menjadi jalan ketaatan kpd Allah)
4. Menunjukkan rasa gembira dgn nikmat pemberian Allah SWT (scr lisan maupun perbuatan)

Dgn berSyukur kpd Allah :
1. Merupakan kewajiban manusia atas segala nikmat hidup di dunia.
2. Merupakan pengundang nikmat yg lbh banyak
3. Menjadi jalan kebahagiaan hidup di dunia (mampu mensyukuri musibah yg dialami lantaran terbukanya hikmah) dan di Akhirat
4. Semakin meningkatkan kesabaran kita dlm memperbaiki kualitas ibadah kita kpd Allah SWT
Ya Robb ..

Tolonglah kami agar dpt selalu mengingat-Mu, bersyukur akan nikmat dari-Mu dan memperbaiki kualitas ibadah kami kpd-Mu

أَمِِيْن يَا رَبَّ العَالَمِينَْأمِينْ يَا مُجِيبَ السَّائِلِينْ

¤alifudin¤

Syukur Akal

(04/10)

Shahabatku ..

Kenikmatan yg byk dilupakan oleh sebagian besar kita adlh Nikmat hidup yg kita rasakan saat ini. Nikmat diberinya kelengkapan jasad, dari ujung rambut s.d ujung kaki.

Nikmat dikaruniai akal sehat ( shg Allah menjadikan ini sbg syarat pembebanan amal, krn orang gila tdk dituntut utk mengerjakan kewajiban kan ??? ), shg kita bs hidup normal dan dihargai oleh teman2 kita. Padahal klo Allah berkehendak utk mengurangi volume otak kita brp cc saja, bisa error akal kita. Apakah kita pernah melihat orang yg pikun ??? Dan itu amatlah mudah bagi Allah.

Dan dgn otak ini, kita diberi kemampuan utk mengolah berbagai informasi yg berguna utk kehidupan kita. سُبْحَانَ اللَّهِ وَ الْحَمْدُ لِلَّهِ وَ لاَ اِلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَ اللَّهُ أَكْبَرُ

Tapi apa bentuk terimakasih sebagian besar kita ?

Kita tdk mau berusaha utk menggali informasi sbyk-byknya ttg Allah SWT yg memberikan nikmat akal ini dgn mempelajari ilmu ttg Allah (Aqidah dan Tauhid) dgn benar dan sungguh2.

Krn tanpa mengenal-Nya bgmn mungkin kita dpt berterima kasih kpd-Nya ?

Malah kecenderungan kita, jadi semakin sombong lantaran diberikan akal yg sehat shg bukan bersyukur kpd-Nya malah mengkufuri-Nya.

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring .. (Qs. Ali Imron 190 - 191)

Shahabatku ..

Orang yg bersyukur dgn nikmat akal ini, bukannya orang yg mempunyai info yg byk (bertitel PhD, Master dst) tetapi orang yg bersyukur dgn nikmat akal adalah yg senantiasa mengingat Allah dlm setiap keadaan. Dia menggunakan akalnya utk berterimakasih kpd Allah

Ya Robb .. Jadikanlah kami menjadi hamba-Mu yg pandai bersyukur

آميــــــــــــــــــــن

¤alifudin¤

Syukur Tubuh Ini

(04/11)

Shahabatku ..

"Hai Manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah Pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezki kepada kamu dari langit dan bumi ? tidak ada Tuhan selain dia; Maka Mengapakah kamu berpaling ? (QS. Fathir 3)

Ada sebuah dialog menarik antara laki-laki dengan Abu Hazm:

Apa syukurnya kedua mata?

“Apabila engkau melihat sesuatu yg baik, engkau akan menceritakannya. Tetapi apabila engkau melihat keburukan, engkau menutupinya”. (Tundukkanlah pandangan kita thd apa2 yg diharamkan utk dilihat)

Bagaimana syukurnya telinga?

“Jika engkau mendengar sesuatu yg baik, peliharalah. Manakala engkau mendengar sesuatu yg buruk, cegahlah”.

Bagaimana syukurnya tangan?

“Jangan mengambil sesuatu yg bukan milikmu, dan janganlah engkau menolak hak Allah yg ada pada kedua tanganmu”.

Bagaimana syukurnya perut?

“Bawahnya berisi makanan, sedang atasnya penuh dgn ilmu”.
(Usahakan utk tdk mengisi perut ini dg yg meragukan, apalagi yg haram)

Syukurnya kemaluan?

“Abu Hazm kemudian membacakan Al-Quran surah Al-Mukminun ayat 1-7”.

Bagaimana syukurnya kaki?

“Jika engkau mengetahui seorang shalih yg mati dan engkau bercita-cita dan berharap seperti dia, dimana dia melangkahkan kakinya utk taat dan beramal shalih semata, maka Contohlah dia. Dan apabila engkau melihat seorang mati yg engkau membencinya, maka bencilah amalnya. Maka engkau menjadi orang yg bersyukur.”

Abu Hazm menutup jawabannya, “Orang yang bersyukur dengan lisannya saja tanpa dibuktikan dengan amal perbuatan dan sikap, maka ia ibarat seorang punya pakaian, lalu ia pegang ujungnya saja, tidak ia pakai. Maka sia-sialah pakaian tersebut.”

Ya Robb .. Jadikanlah kami pandai utk mensyukuri nikmat dari-Mu

آميــــــــــــــــــــن

¤alifudin¤

SYUKUR SEBENARNYA

(04/12)

Shahabatku ..

Syukur ialah memuji si pemberi nikmat atas kebaikan yg telah dilakukannya.

Syukur itu berkaitan dg 3 hal :

1. Qolbu utk mengenal dan kemudian mencintai pemberi nikmat.
2. Lisan utk memuja dan menyebut nama Allah.
3. Seluruh anggota badan yg akan menggunakan nikmat yg diterima sbg sarana utk taat kpd Allah.

"Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui." (QS. An Nisaa 147)

:) Shahabatku ..

Allah akan lebih mensyukuri apabila kita berusaha sekuat tenaga dan pikiran utk bersyukur kpd Allah. Allah tdk akan menyiksa kita dunia dan akhirat ketika kita berusaha utk bersyukur.

Bagi orang yg bersyukur kpd Allah segala musibah dunia (yg pasti akan kita dptkan) tdk akan membuatnya gelisah dan menderita krn yakin betul bahwa musibah dunia akan membawa kenikmatan yg besar (diampuni dosa2 dan diangkat derajat) apabila benar mensikapinya.

Shahabatku ..

Marilah kita belajar bersyukur dari hal2 yg sederhana dan terus meliputi kehidupan kita.

1. Biasakanlah membaca bismilah di awal aktifitas kita dan اَلْحَمْدُلِلّهِ ketika mengakhirinya.

Rasakanlah betul saat Allah memberikan kehidupan yg baru ketika kita terbangun dari tidur.

Rasakanlah betul betapa sejuk dan nikmatnya udara yg diberikan kpd kita, sgt cocok dgn kondisi kulit atau tubuh kita. Begitu pula dgn oksigen yg kita hirup utk bernapas. سُبْحَانَ اللّهُ

Walaupun lisan kita setiap saat menyebut nama Allah .. Sesungguhnya itu tdk sebanding dg kenikmatan yg Allah berikan kpd kita.

Apalagi kalo kita melihat nikmat yg lain2nya spt : Air bersih baik utk minum, mandi atau keperluan lainnya ..

Ya Robb ..

Ampunilah dosa hamba-Mu yg selama ini mengkufuri nikmat dari-Mu ..

Yg melupakan klo segala kenikmatan ini adalah dari-Mu ..

Yg masih malas utk beribadah sbg bentuk syukur hamba kpd-Mu

Allah ..

I wanna thank You for all the things that You've done

¤alifudin¤

Syukur akan Nikmat Penciptaan dan Pemeliharaan

(04/13)

"Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui." (QS. An Nisaa 147)
"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka)" (QS. At Tiin 4-5)

Shahabatku ..

Sangat sedikit sekali manusia yg menyadari akan nikmatnya penciptaan diri dan pemeliharaan jasad raga ini oleh Allah SWT.

Sebagian besar merasa bahwa tubuh ini benar2 se-olah2 miliknya tanpa merasa bahwa ada yg menciptakan dan memeliharanya, shg mereka merasa bisa memperlakukan sekehendaknya sendiri atas jasad raga ini.

Sebagian perilaku yg tdk bersyukur atas nikmat penciptaan jasad raga ini adalah :

1. Tidak Menutup Auratnya sbgmn yg dikehendaki oleh Pemilik Jasad Raga ini. (Aurat bagi wanita : seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan, Bagi pria : Dari pusar sampai lutut)

2. Mencela Raga atau Jasad diri atau Orang lain (mis. tdk percaya diri akan kondisi fisik yg ada dan para komedian atau siapa saja yg menjadikan jasad sbg bahan cemoohan)

"Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela" (QS. Al Humazah 1)

3. Merubah kondisi jasad diri tanpa alasan yg dibenarkan, hanya mengharapkan pujian manusia (mis. Operasi plastik, Tato dsj)

4. Tdk menjadikan seluruh raga ini utk berterimakasih kpd Yg Maha Menciptakan dan Memelihara dgn mematuhi aturan2 serta hukum2-Nya

Shahabatku ..

Sesungguhnya amatlah mudah bagi Allah klo menghendaki apapun terjadi thd jasad kita. Sakit atau sehat, mutlak berada di dlm genggaman Allah Azza wa Jalla.

Ketika kita kufur akan nikmat jasad raga ini, pantaslah klo kita sering merasa gelisah dan tdk pernah merasa puas akan kehidupan di dunia yg fana dan sementara ini.

Ya Robb ..

Ampunilah dosa-dosa kami krn kami msh mengkufuri nikmat penciptaan dan pemeliharaan jasad kami ini

آميــــــــــــــــــــن

¤alifudin¤

Dzikir Pemicu Syukur

(04/14)

".. , kemudian saya (Iblis) akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur." (QS. Al A'Raaf 17)

Shahabatku ..

Syukur adlh perkara besar yg sgt dibenci oleh iblis. Iblis akan berusaha dgn segala macam cara agar manusia tdk bersyukur kpd Allah.

Dan hasilnya sangat luar biasa ..

".. Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur . " (QS. Saba 13)

Shahabatku ..

Di antara indikasi keberhasilan iblis menggoda manusia agar tdk bersyukur adlh manusia selalu gelisah akan urusan dunia mereka.

Ketika manusia Ϟƍαќ pernah merasa cukup akan dunia ini, maka saat itulah manusia akan sering dilanda kegelisahan.

Oleh krn itu Rosulullah SAW pernah mengajarkan Mu'adz bin Jabal ra :

Demi Allah , Aku sungguh mencintaimu, janganlah engkau lupa utk membaca "Allahumma a'inni 'alaa dzikrika wa syukrika wa husni ibaadatika" (Ya Allah, Tolonglah hamba spy selalu mengingat-Mu, spy selalu bersyukur kpd-Mu, dan meningkatkan kualitas ibadahku kpd-Mu) setiap selesai shalat (HR. Ahmad)

Shahabatku ..

Syukur diawali dgn berusaha senantiasa mengingat Allah yg menjadi sumber segala kenikmatan dunia ini (nikmat hidup, nikmat pemeliharaan hidup dan nikmat hidayah). Ketika manusia sanggup ingat Allah dlm setiap kondisi, maka akan sanggup pula utk bersyukur kpd Allah, dan ketika sanggup bersyukur, maka akan diberikan kekuatan pula utk terus menerus memperbaiki kualitas ibadahnya kpd Allah SWT.

Begitu pula sebaliknya, ketika manusia jarang mengingat Allah, maka akan jarang pula bersyukur. Dan ketika jarang bersyukur, maka akan lemah pula semangatnya utk meningkatkan mutu ibadahnya kpd Allah.

Ya Allah,

Tolonglah hamba spy selalu mengingat-Mu, spy selalu bersyukur kpd-Mu, dan meningkatkan kualitas ibadahku kpd-Mu.

آميــــــــــــــــــــن

¤alifudin¤

Nikmat Dibalik Musibah

(04/15)

بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Shahabatku

Setiap pagi kita bergelimang kenikmatan dari Allah SWT, tetapi sebaliknya kita amatlah lemah utk bersyukur kpd-Nya.

Setiap saat Allah menunjukkan kasih sayang-Nya kpd kita, tetapi sebaliknya kita lebih menampakkan kebencian kpd-Nya, padahal kita amat sangat membutuhkan-Nya

Shahabatku ..

Sesungguhnya musibah yg kita rasakan saat ini juga merupakan bentuk kasih sayang Allah kpd kita, karena

1. Tidak terkena kpd Agama kita

Malah Allah akan memberikan pengampunan dosa-Nya apabila kita dpt bersabar dgn ujian musibah dari Allah.

2. Sesuai dgn kesanggupan kita

Allah sangat cermat dan teliti mengetahui secara detail kondisi kita, shg menguji kita dgn musibah yg sdh pasti kita akan sanggup utk memikulnya, apabila kita hanya bergantung kpd-Nya.

3. Musibah tsb telah terjadi

Ketika kita tetap sabar dan ridho atas musibah yg menimpa kita, tdklah ada ketetapan Allah yg sia2. Pasti ada hikmahnya yg akan membuat kita merasakan betapa Allah kasih dan sayang kpd kita.

Bagi musibah yg blm terjadi, tidaklah perlu utk di cemaskan. Krn blm tentu usia kita sampai kesana.

Shahabatku ..

Sambutlah setiap detik kehidupan yg akan kita lalui dgn penuh rasa syukur shg Allah akan selalu menambah nikmat karunia-Nya.

Kenikmatan dari Allah sesungguhnya bukanlah dari datangnya dunia kpd diri kita, akan tetapi ia adlh berupa ketentraman dlm qolbu kita dlm menghadapi segala kondisi yg dipergilirkan kpd kita, shg kita dpt
Senantiasa bersyukur dan tetap istiqomah di jalan yg diridhoi oleh Allah SWT.
Ya Robb ..

Karuniakanlah kpd kami, qolbu yg senantiasa ridho atas segala ketetapan dari-Mu dan kuatkan diri hamba utk istiqomah di jalan-Mu.

آميــــــــــــــــــــن

¤alifudin¤

TAWAKKAL

(04/16)

Shahabat ..

Kali ini kita akan membahas suatu hal yg amat penting. Yg mana hal ini akan membuat kerusakan ketika kita salah memahaminya.

Apakah itu ? Ia adalah TAWAkkAL.

Tawakkal adalah benar dan lurusnya hati dlm pasrah dan bertegang teguh pada Allah Azza wa Jalla dlm mencari kemaslahatan dan kebaikan, menolak kemudharatan yg menyangkut urusan dunia maupun akhirat.

" ... Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu." (QS. Ath Thalaq 2-3)

Jadi barang siapa yg melaksanakan taqwa dan tawakkal, akan mendapatkan kebaikan baik didunia maupun di akhirat.

"Seandainya kalian bertawakkal kpd Allah dg sebenar2nya, niscaya Allah akan memberi rezki kpd kalian sbgmn burung2 diberi rezqi. Mereka terbang dlm keadaan lapar dan pulang dlm keadaan kenyang." (HR. Tirmidzi)

Hadits ini merupakan pangkal tawakkal dan ingatlah bahwa Tawakkal adlh lebih merupakan amalan qolbu. Krn jasad tubuh kita, tetap diwajibkan utk berikhtiar di jalan-Nya.

Jadi melaksanakan tawakkal atau qolbu meyakini dgn apa yg telah ditakdirkan oleh Allah. Tidaklah berarti meninggalkan ikhtiar atau mengabaikan sebab2 yg telah ditetapkan oleh Allah SWT.

Krn sunnah-Nya tetap berlaku dan setiap hamba diperintahkan utk berikhtiar sbg bukti ketaatan seorang hamba kpd pencipta-Nya.

Dan Krn Allah akan menilai setiap proses ikhtiar seorang hamba walaupun sekecil apapun. Dan penilaian atas proses ikhtiar ini akan menentukan keberkahan atas hasil ikhtiar seorang hamba.

Imam Sahl ra berkata : "Barang siapa yg menentang ikhtiar berarti menentang Sunnah, dan barang siapa yg mencela tawakkal, berarti mencela iman"

Ya Robb .. Mudahkanlah urusan kami ..

¤alifudin¤

Tathoyyur

(04/17)

بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Shahabatku ..

Dahulu orang Arab Jahiliyah ketika memutuskan akan melakukan safar (perjalanan jauh), mereka memutuskan dgn melihat pergerakan burung. Jika burung tersebut bergerak ke kanan, maka itu tanda perjalanannya akan baik. Jika burung tersebut bergerak ke kiri, maka itu tanda mereka harus mengurungkan melakukan safar karena bisa jadi terjadi musibah ketika di jalan.

Membuat anggapan spt ini disebut Tathoyyur. Krn berasal dari kata Thiyaroh atau Burung.

Nah Shahabatku ..

Maksud tathoyyur di sini bermakna umum, bukan hanya dengan burung saja. Thiyaroh atau tathoyyur adlh beranggapan sial akan atau telah tertimpanya suatu musibah pada sesuatu yg bukan merupakan sebab dilihat dari sisi syar’i atau inderawi, baik itu dgn orang, dgn benda tertentu, dgn tumbuhan, dgn waktu, dgn angka tertentu atau dgn tempat tertentu.

Mis.

Menganggap anak sakit-sakitan krn nama yg terlalu berat diemban shg hrs ada penggantian nama.

Mengganggap datangnya musibah itu krn si A yg baru datang ke kampung, sebelumnya tidak pernah terjadi.

Menganggap bulan Suro atau bulan Muharram adlh bulan keramat shg tdk boleh mengadakan hajatan, walimahan atau acara besar lainnya.

Mengkaitkan suatu kejadian spt gelas atau piring pecah, sbg pertanda akan mendptkan musibah.

Anggapan sial dengan angka 13.

Shahabatku ..

Thiyaroh Termasuk Akidah Jahiliyah

Thiyaroh atau beranggapan sial termasuk kesyirikan sbgmn dinyatakan dlm hadits berikut :

“Tdk dibenarkan menganggap penyakit menular dgn sendirinya (tanpa ketentuan Allah), tdk dibenarkan beranggapan sial, tdk dibenarkan pula beranggapan nasib malang karena tempat, juga tdk dibenarkan beranggapan sial di bulan Shafar” (HR. Bukhari dan Muslim).

Utk menghilangkan persangkaan sial di sini hanyalah dgn tawakkal. Krn tawakkal terdpt ketergantungan hati pada Allah.

Ya Robb ..

Karuniakanlah kami hati yg penuh diliputi rasa tawakkal kpd-Mu ..

Aamiin

¤alifudin¤

ISLAM utk SELURUH UMAT MANUSIA

(04/18)

بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Shahabatku ..

Allah Ta’ala berfirman:

"Katakanlah: “Hai manusia, sesungguhnya aku adlh utusan Alloh kepadamu semua, yaitu Alloh yg mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Ilah (yg berhak disembah) selain Dia, yg menghidupkan dan yg mematikan, maka berimanlah kamu kpd Alloh dan RosulNya, Nabi yg ummi yg beriman kpd Alloh dan kepada kalimat2Nya (kitab-kitabNya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk. [QS. Al-A’rof (7): 158]

Perintah Allah dalam ayat ini,

“Katakanlah: “Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua”, ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad diutus untuk seluruh manusia, sebagaimana firman Allah,

"Dan Kami tidak mengutusmu, melainkan kpd umat manusia seluruhnya, sbg pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui." [QS. Saba’ (34): 28]

Oleh karena itulah siapa saja yg telah mendengar dakwah agama Islam, agama yg dibawa oleh Nabi Muhammad , yg membawa kitab suci Al-Qur’an, kemudian tdk beriman, tdk percaya dan tdk tunduk, maka dia adlh orang kafir dan di akhirat menjadi penghuni neraka, kekal selamanya.

Allah Ta’ala berfirman,

"Dan barangsiapa di antara mereka (orang2 Quraisy) dan sekutu-sekutunya yg kafir kpd al-Qur’an, maka nerakalah tempat yg diancamkan baginya, karena itu janganlah kamu ragu2 thd al-Qur’an itu. Sesungguhnya (al-Qur’an) itu benar2 dari Robbmu, tetapi kebanyakan manusia tidak beriman”. [QS. Hud (11): 17]

"Demi (Allah) Yang jiwa Muhammad di tanganNya, tidaklah seorangpun di kalangan umat ini, Yahudi atau Nashrani, mendengar tentang aku, kemudian dia mati, dan tdk beriman kepada apa yg aku diutus dgn-nya, kecuali dia termasuk para peng-huni neraka." (HR. Muslim)

Shahabatku ..

Bergembiralah dgn berita ini ..

smoga kita diwafatkan dlm keadaan berserah diri kpd Allah SWT (dlm keadaan beriman) .. Aamiin

¤alifudin¤

Ridho dgn Ketetapan Allah

(04/19)

إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ

Shahabatku ..

Ditetapkannya musibah dunia atas orang yg beriman, merupakan salah satu bentuk cinta Allah kpd mereka.

Sbgmn hadits Rosulullah SAW berikut ini,

"Jika Allah mencintai suatu kaum, Dia mengujinya (dgn musibah). Barang siapa yg rela atau ridho, maka mereka akan mendapatkan ridho dari Allah. Dan barang siapa yg tdk ridho atau bahkan benci, maka mereka akan dibenci pula oleh Allah. (HR. Tirmidzi)

Dan siapa yg ridho dgn ketetapan Allah, akan diberikan kpd mereka :

1. Kemampuan utk melihat hikmah dan kebaikan dibalik cobaan / musibah yg dialami

2. Kemampuan utk merasakan keagungan, kebesaran dan kemahasempurnaan Zat yg kuasa memberikan cobaan atau musibah kpd mereka

3. Pada akhirnya, akan merasakan nikmat dibalik musibah yg terjadi, shg mampu utk bersyukur atas musibah dan senantiasa meningkatkan kualitas ibadahnya kpd Allah setiap saat.

Ibnu Mas'ud ra berkata : "Allah SWT dgn keadilan dan keMaha tahuan-Nya menjadikan kebahagiaan dan kesenangan terletak pd keyakinan dan keridhoan hati, dan menjadikan duka dan kesusahan pada keraguan dan ketidak ridhoan"

Ya Robbana ..

Kuatkanlah kesabaran dlm diri kami dan karuniakan kami hati yg senantiasa ridho atas segala ketetapan-Mu ..

آميــــــــــــــــــــن

¤alifudin¤

OPTIMISME 1

(04/21)

بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Shahabatku ..

Diantara sikap yg penting harus dimiliki oleh hamba Allah yg beriman adlh Sikap Optimisme (Roja')

"Sesungguhnya orang2 yg beriman, orang2 yg berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu (yg berhak) mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al Baqarah 218)

Apakah Optimisme itu ? Yaitu senangnya hati krn menanti sesuatu yg diinginkan dan disenangi (penuh harap).

Syarat benarnya optimis adalah apabila ada langkah2 yg dilakukan utk mencapai apa yg diharapkan. Jika tdk ada, itu namanya angan2 kosong dan kebodohan.

Shahabatku ..

Sbgmn difirmankan oleh Allah ta'ala, maka yg berhak memiliki optimisme adlh

1. Orang yg beriman

Setiap aktifitasnya hanya berharap ridho Allah. Memiliki kesadaran penuh krn Allah telah memerintahkan dan Rosulullah SAW telah mencontohkan

2. Hijrah

Senantiasa melakukan perbaikan diri. Memiliki semangat yg tinggi utk terus menuntut ilmu sekaligus mengamalkan ilmu yg didapatnya dlm kehidupan sehari2.

3. Jihad

Bersungguh2 utk meninggikan nilai2 Islami dlm kehidupan diri, klg, lingkungan dan kehidupan yg lbh luas lg.

Memiliki kesabaran yg tiada berbatas dlm menjadikan dirinya sbg insan yg taqwa kpd Allah SWT.

Sedangkan orang yg tdk memiliki ketiga hal tsb diatas tdk layak utk memiliki optimisme.

Shahabatku ..

Siapa saja yg harapan dan penantiannya itu mendorongnya utk berbuat ketaatan dan mencegahnya dr berbuat kemaksiatan, berarti harapannya benar.

Dan begitu juga sebaliknya. Siapa saja yg harapannya hanya berupa angan2, sementara dirinya trus bergelimang dlm kemaksiatan, maka harapannya itu sia2 dan percuma.

Ya Robb ..

Karuniakanlah kpd kami keimanan yg benar, petunjuk dan kekuatan utk bertaqwa kpd-Mu, dan kesabaran agar istiqomah di jalan-Mu ..

آميــــــــــــــــــــن

¤alifudin¤

Monday, March 5, 2012

MENGENAL HAKEKAT IBADAH


Secara bahasa ibadah bermakna perendahan diri dan ketundukan (Lihat Fath al-Majid Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 17, at-Tauhid al-Muyassar, hal. 53).

Oleh sebab itu orang arab menyebut jalan yang biasa dilalui orang dengan istilah thariq mu’abbad (Lihat Tafsir al-Qur’an al-’Azhim [1/34])). Yaitu jalan yang telah dihinakan, karena telah banyak diinjak-injak oleh telapak kaki manusia (Lihat al-Irsyad ila Shahih al-I’tiqad, hal. 34). Sehingga, ibadah bisa diartikan dengan perendahan diri, ketundukan dan kepatuhan (Lihat at-Tanbihat al-Mukhtasharah Syarh al-Wajibat, hal. 28).

Secara terminologi, ada beberapa definisi yang diberikan oleh para ulama tentang makna ibadah, yang pada hakikatnya semua definsi itu saling melengkapi. Di antaranya mereka menjelaskan bahwa ibadah adalah ketaatan kepada Allah dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya yang disampaikan melalui lisan para rasul-Nya (Lihat Fath al-Majid Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 17). Syaikh as-Sa’di rahimahullah juga menerangkan bahwa ibadah itu mencakup ketundukan dalam melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya, serta membenarkan berita yang dikabarkan-Nya (lihat Taisir al-Karim ar-Rahman, hal. 45)

Ibnu Juraij rahimahullah mengatakan bahwa ibadah kepada Allah artinya adalah mengenal Allah (Lihat Tafsir al-Qur’an al-’Azhim [7/327]). Yang dimaksud mengenal Allah di sini adalah mentauhidkan Allah. Sebagaimana disebutkan dalam riwayat tentang perintah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Mu’adz sebelum keberangkatannya ke Yaman. Beliau bersabda, “.. Hendaklah yang pertama kali kamu ajak kepada mereka adalah supaya mereka beribadah kepada Allah ‘azza wa jalla -dalam riwayat lain disebutkan untuk mentauhidkan Allah-, kemudian apabila mereka sudah mengenal Allah…” (HR. Bukhari dan Muslim, lihat Syarh Nawawi [2/49] cet. Dar Ibnul Haitsam, lihat pula Shahih Bukhari cet. Maktabah al-Iman, tahun 1423 H, hal. 203 dan 1467. Lihat juga Fath al-Majid Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 80 cet. Dar al-Hadits tahun 1423 H)

Sebagian ulama yang lain mengatakan bahwa ibadah adalah puncak perendahan diri yang dibarengi dengan puncak kecintaan. Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Menurut pengertian syari’at ibadah itu adalah suatu ungkapan yang memadukan antara kesempurnaan rasa cinta, ketundukan, dan rasa takut.” (Tafsir al-Qur’an al-’Azhim [1/34]). Syaikh Shalih al-Fauzan berkata, “Sebagian ulama mendefinisikan ibadah sebagai kesempurnaan rasa cinta yang disertai kesempurnaan sikap tunduk.” (lihat al-Irsyad ila Shahih al-I’tiqad, hal. 34).

Syaikh Shalih al-Fauzan menegaskan, “Ibadah yang diperintahkan itu harus mengandung unsur perendahan diri dan kecintaan. Ibadah ini mengandung tiga pilar; cinta, harap, dan takut. Ketiga unsur ini harus berpadu. Barangsiapa yang hanya bergantung kepada salah satu unsur saja maka dia belum dianggap beribadah kepada Allah dengan sebenarnya. Beribadah kepada Allah dengan modal cinta saja, maka ini adalah metode kaum Sufi. Beribadah kepada-Nya dengan modal rasa harap semata, maka ini adalah metode kaum Murji’ah. Adapun beribadah kepada-Nya dengan modal rasa takut belaka, maka ini adalah jalannya kaum Khawarij.” (al-Irsyad ila Shahih al-I’tiqad, hal. 35)

Ibadah juga diartikan dengan tauhid. Sebagaimana disebutkan dalam riwayat yang dibawakan oleh Imam Ibnu Katsir dari Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma mengenai maksud firman Allah (yang artinya), “Wahai umat manusia, beribadahlah kepada Rabb kalian.” (QS. al-Baqarah: 21). Beliau menjelaskan, “Artinya tauhidkanlah Rabb kalian…” (Tafsir al-Qur’an al-’Azhim [1/75])

Di dalam kitabnya al-’Ubudiyah (Lihat al-’Ubudiyah, hal. 6 cet. Maktabah al-Balagh, tahun 1425 H), Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menjelaskan bahwa ibadah adalah segala sesuatu yang dicintai dan diridhai Allah, berupa perkataan atau perbuatan, yang tampak maupun yang tersembunyi (Lihat Mawa’izh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, karya Syaikh Shalih Ahmad asy-Syami, hal. 54 cet. al-Maktab al-Islami tahun 1423 H). Dari sini, maka ibadah itu mencakup perkara hati/batin dan juga perkara lahiriyah. Sehingga seluruh ajaran agama itu telah tercakup dalam istilah ibadah (Lihat al-Irsyad ila Shahih al-I’tiqad, hal. 34).

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah menerangkan di dalam Syarh Tsalatsat al-Ushul (Lihat Syarh Tsalatsat al-Ushul, hal. 23 cet. Dar al-Kutub al-’Ilmiyah tahun 1424 H) bahwa pengertian ibadah bisa dirangkum sebagai berikut; suatu bentuk perendahan diri kepada Allah yang dilandasi dengan rasa cinta dan pengagungan dengan cara melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya sebagaimana yang dituntunkan dalam syari’at-Nya.

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah mengatakan, “Ibadah dibangun di atas dua perkara; cinta dan pengagungan. Dengan rasa cinta maka seorang akan berjuang menggapai keridhaan sesembahannya (Allah). Dengan pengagungan maka seorang akan menjauhi dari terjerumus dalam kedurhakaan kepada-Nya. Karena kamu mengagungkan-Nya maka kamu pun merasa takut kepada-Nya. Dan karena kamu mencintai-Nya, maka kamu pun berharap dan mencari keridhaan-Nya.” (lihat asy-Syarh al-Mumti’ ‘ala Zaad al-Mustaqni’ [1/9] cet. Mu’assasah Aasam, tahun 1416 H).

Dari pengertian-pengertian di atas paling tidak kita dapat menarik satu kesimpulan penting bahwa sesungguhnya ibadah itu ditegakkan di atas rasa cinta dan pengagungan. Rasa cinta akan melahirkan harapan dan tunduk kepada perintah-Nya, sedangkan pengagungan akan menumbuhkan rasa takut dan mematuhi larangan-larangan-Nya. Selain itu, kita juga bisa mengerti bahwa pelaksanaan ibadah tidak bisa dilakukan secara sembarangan, namun harus mengikuti tuntunan para rasul ‘alaihimush sholatu was salam. Dalam konteks sekarang, maka kita semua harus mengikuti petunjuk dan ajaran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, nabi dan rasul yang terakhir.

Ibadah/amalan akan menjadi benar dan diterima di sisi Allah jika memenuhi 2 syarat; ikhlas dan ittiba’ (Lihat Mazhahiru Dha’fil ‘Aqidah fi Hadzal ‘Ashr wa Thuruqu ‘Ilajiha, oleh Syaikh Dr. Shalih al-Fauzan hafizhahullah, hal. 10 cet. Kunuz Isybiliya, tahun 1430 H. Sebagian ulama menambahkan syarat ketiga yaitu aqidah yang benar, sebagaimana disampaikan oleh Syaikh Zaid bin Hadi al-Madkhali dalam Abraz al-Fawa’id Syarh Arba’ al-Qawaid).

Ikhlas artinya ibadah itu hanya diperuntukkan kepada Allah dan tidak dipersekutukan dengan selain-Nya. Ini merupakan kandungan dari syahadat laa ilaaha illallaah. Lawan dari ikhlas adalah syirik, riya’ dan sum’ah. Riya’ adalah beribadah karena ingin dilihat orang, sedangkan sum’ah adalah beribadah karena ingin didengar orang. Ittiba’ maksudnya adalah setia dengan tuntunan/sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak mereka-reka tata cara ibadah yang tidak ada tuntunannya. Ini merupakan kandungan dari syahadat anna Muhammadar rasulullah. Lawan dari ittiba’ adalah ibtida’ atau membuat bid’ah (Silahkan baca al-Bid’ah, Dhawabithuha wa Atsaruha as-Sayyi’ fi al-Ummah, oleh Syaikh Dr. Ali bin Muhammad Nashir al-Faqihi hafizhahullah, cet. Jami’ah al-Islamiyah bil Madinah al-Munawwarah).

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Rabb-nya hendaklah dia melakukan amal salih dan tidak mempersekutukan dalam beribadah kepada Rabb-nya dengan sesuatu apapun.” (QS. al-Kahfi: 110). Imam Ibnu Katsir rahimahullah menerangkan bahwa amal salih ialah amalan yang sesuai dengan syari’at Allah, sedangkan tidak mempersekutukan Allah maksudnya adalah amalan yang diniatkan untuk mencari wajah Allah, inilah dua rukun amal yang akan diterima di sisi-Nya (lihat Tafsir al-Qur’an al-’Azhim [5/154] Baca juga al-Qawa’id wa al-Ushul aj-Jami’ah wa al-Furuq wa at-Taqasim al-Badi’ah an-Nafi’ah karya Syaikh as-Sa’di rahimahullah, hal. 40-42 cet. Dar al-Wathan tahun 1422 H).

Sebagaimana orang yang tidak ikhlas amalannya tidak diterima, demikian pula orang yang tidak ittiba’ -alias berbuat bid’ah- maka amalannya pun tidak diterima. Apalagi orang yang beribadah tanpa keikhlasan dan tanpa ittiba’ (Lihat Bahjat al-Qulub al-Abrar wa Qurratu ‘Uyun al-Akhyar Syarh Jawami’ al-Akhbar karya Syaikh as-Sa’di rahimahullah, hal. 14 cet. Darul Kutub al-Ilmiyah, tahun 1423 H). Oleh sebab itu para ulama, di antaranya Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah menafsirkan bahwa yang dimaksud ahsanu ‘amalan (amal yang terbaik) dalam surat al-Mulk [ayat 2] sebagai amalan yang paling ikhlas dan paling benar (Lihat al-’Ilmu, Fadhluhu wa Syarafuhu, hal. 93).

Ikhlas jika dikerjakan karena Allah, sedangkan benar jika dikerjakan dengan mengikuti sunnah/ajaran Nabi (Lihat Jami’ al-’Ulum wa al-Hikam, karya Ibnu Rajab al-Hanbali rahimahullah, hal. 19 cet. Dar al-Hadits, tahun 1418 H). Bukan dengan cara-cara bid’ah. Bid’ah adalah tata cara beragama yang diada-adakan dan menyaingi syari’at, dimaksudkan dengannya untuk berlebih-lebihan dalam ibadah kepada Allah ta’ala (lihat al-Bid’ah, Dhawabithuha wa Atsaruha as-Sayyi’ fi al-Ummah, hal. 13). Hal ini memberikan pelajaran berharga kepada kita bahwa syari’at Islam ini mengatur niat dan cara. Niat yang baik juga harus diwujudkan dengan cara dan sarana yang baik pula (Lihat pula Ighatsat al-Lahfan min Masha’id asy-Syaithan, karya Ibnul Qayyim rahimahullah, hal. 16 cet. Dar Thaibah, tahun 1426 H). Islam tidak mengenal kaidah ala Yahudi; ‘tujuan menghalalkan segala cara’.

Dengan demikian untuk beribadah dengan baik, seorang muslim harus memadukan antara shihhatil irodah (ketulusan niat) dengan shihhatul fahm (kelurusan pemahaman). Oleh sebab itu Ibnul Qayyim rahimahullah menyatakan bahwa kedua hal tadi -shihhatul irodah dan shihhatul fahm- merupakan anugrah dan nikmat terbesar yang diberikan Allah kepada seorang hamba. Ketulusan niat terwujud di dalam tauhid dan keikhlasan, sedangkan kelurusan pemahaman terwujud dalam ittiba’ kepada sunnah. Sehingga amat wajar jika para ulama sangat menekankan kedua pokok yang agung ini. Sampai-sampai diriwayatkan bahwa Imam Ahmad rahimahullah pernah berdoa, “Allahumma ahyinaa ‘alal islam, wa amitnaa ‘alas sunnah.” Artinya: “Ya Allah, hidupkanlah kami di atas islam (tauhid), dan matikanlah kami di atas Sunnah.”

Penulis: Abu Mushlih Ari Wahyudi

Artikel Muslim.Or.Id

Asy Syaafii, Yang Maha Menyembuhkan


Di antara nama-nama Allah adalah Asy Syaafii (الشَّافِي ). Dalil yang menunjukkan hal ini adalah hadits dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau mengatakan : “ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah meminta perlindungan kepada Allah untuk anggota keluarganya. Beliau mengusap dengan tangan kanannya dan berdoa :

اللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ أَذْهِبِ الْبَأْسَ وَاشْفِه وأَنْتَ الشَّافِي لاَ شِفَآءَ إِلاَّ شِفَاؤُكَ شِفَاءً لاَ يُغَادِرُ سَقَمًا

“ Ya Allah, Rabb manusia, hilangkanlah kesusahan dan berilah dia kesembuhan, Engkau Zat Yang Maha Menyembuhkan. Tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tidak meninggalkan penyakit lain” (HR Bukhari 535 dan Muslim 2191).

Dalam hadits yang lain dari Abdul Aziz bin Shahib, beliau mengatakan : Aku dan Tsabit datang menemui Anas bin Malik , kemudian Tsabit berkata : “ Wahai Abu Hamzah (kunyah dari Anas bin Malik), aku tersengat binatang. Anas mengatakan : “ Maukah kamu saya bacakan ruqyah dengan ruqyah yang dibaca oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ? Tsabit berkata : “Tentu”. Kemudian Anas bin Malik membaca doa :

اللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ, مذْهِبِ الْبَأْس, اشْفِ أَنْتَ الشَّافِي لاَ شِفَآءَ إِلاَّ شِفَاؤُكَ شِفَاءً لاَ يُغَادِرُ سَقَمًا

“ Ya Allah, Rabb manusia Yang Menghilangkan kesusahan, berilah kesembuhan, Engkaulah Zat Yang Maha Menyembuhkan. Tidak ada yang mampu menyembuhkan kecuali Engkau, kesembuhan yang tidak meninggalkan penyakit lain” (HR Bukhari 541).

Makna Asy Syaafii

Makna dari Asy Syaafii adalah Zat yang mampu memberikan kesembuhan, baik kesembuhan penyakit hati maupun penyakit jasmani. Kesembuhan hati dari penyakit syubhat, keragu-raguan, hasad, serta penyakit-penyakit hati lainnya, dan juga kesembuhan jasmani dari penyakit-penyakit badan. Tidak ada yang mampu memberikan kesembuhan dari penyaki-penyakit tersebut selain Allah Ta’ala. Tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan yang berasal dari-Nya. Tidak ada yang mampu menyembuhkan kecuali Dia. Hal ini seperti dikatakan Nabi Ibrahim ‘alaihis salaam dalam Al Qur’an :

وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ

“Dan apabila aku sakit. Dialah (Allah) yang menyembuhkanku” (As Syu’araa: 80). Maksudnya, Allah semata yang memberikan kesembuhan, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam memberikan kesembuhan. Oleh karena itu wajib bagi hamba memiliki keyakinan yang mantap bahwasanya tidak ada yang mampu menyembuhkan kecuali Allah.

Dalam doa Nabi (اللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ) terdapat tawasul kepada Allah dengan keumuman rububiyah Allah terhadap seluruh manusia. Dengan penciptaan makhluk, pengaturan segala urusan mereka, serta pergantian yang terjadi pada mereka. Di tangan Allah Ta’ala kehidupan dan kematian, sehat dan sakit, kaya dan miskin, serta kuat dan lemah. Semuanya berada dalam pengaturan Allah Ta’ala dalam rububiyah-Nya.

Dalam doa Nabi (أَذْهِبِ الْبَأْسَ) maksudnya adalah hilangkanlah penyakit dan kesusahan. Dalam lafadz yang lain dari sahabat Anas bin Malik (اللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ, مذْهِبِ الْبَأْس). Hal ini merupakan tawasul kepada Allah Ta’ala bahwasanya hanya dialah yang menghilangkan kesusahan. Kesusahan tidak akan hilang dari seorang hamba kecuali dengan izin dan kehendak Allah Ta’ala.

Dalam doa Nabi (وَاشْفِه وأَنْتَ الشَّافِي) terdapat permohonan kesembuhan kepada Allah, yaitu kesehatan dan keselamatan dari penyakit. Bertawasul kepada Allah dengan nama Allah Asy Syaafii yang agung ini menunjukkan keesaan Allah dalam memberikan kesembuhan, dan bahwasanya kesembuhan berasal dari-Nya.

Dalam doa Nabi (لاَ شِفَآءَ إِلاَّ شِفَاؤُكَ) merupakan penegas untuk keyakianan seorang hamba dan agar lebih mengokohkan iman, serta pengulangan bahwasannya kesembuhan tidak dapat terjadi kecuali dari Allah. Pengobatan yang dilakukan seorang hamba jika Allah tidak mengizinkan untuk memberikan kesembuhan dan kesehatan tidak akan memberikan manfaat sedkitpun.

Dalam doa Nabi (لاَ يُغَادِرُ سَقَمًا) maksudnya tidak tersisa penyakit dan tidak meninggalkan cacat.

Berobat Ketika Sakit, Apakah Bertentangan dengan Tawakal?

Keimanan dan keyakinan bahwasannya yang mampu menyembuhkan hanyalah Allah semata bukan berarti menjadi penghalang seorang hamba untuk mengambil sebab kesembuhan dengan melakukan pengobatan. Terdapat banyak hadits dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang perintah untuk berobat dan penyebutan tentang obat-obat yang bermanfaat. Hal tersebut tidaklah bertentangan dengan tawakal seseorang kepada Allah dan keyakinan bahwasanya kesembuhan berasal dari Allah Ta’ala.

Dari sahabat Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءٌ، فَإِذَا أُصِيْبَ دَوَاءُ الدَّاءِ بَرَأَ بِإِذْنِ اللهِ

“ Semua penyakit ada obatnya. Jika sesuai antara penyakit dan obatnya, maka akan sembuh dengan izin Allah” (HR Muslim 2204)

Dalam hadits yang lain dari sahabat Abu Hurairah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

مَا أَنْزَلَ اللهُ دَاءً إِلاَّ أَنْزَل لَهُ شِفَاءً

“Tidaklah Allah menurukan suatu penyakit, kecuali Allah juga menurunkan obatnya” HR Bukhari 5354).

Disebutkan pula dalam Musnad Imam Ahmad dan yang lainnya, dari Usamah bin Syariik radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan : “Aku berada di samping Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian datang seseorang dan berkata : “ Ya Rasulullah, apakah aku perlu berobat?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdabda :

نَعَمْ يَا عِبَادَ اللَّهِ تَدَاوَوْا فَإِنَّ اللَّهَ لَمْ يَضَعْ دَاءً إِلَّا وَضَعَ لَهُ شِفَاءً غير داء واحد قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا هُوَ قَالَ الْهَرَمُ

“ Ya. Wahai hamba Allah, berobatlah ! Sesungguhnya Allah tidak memberikan penyakit, kecuali Allah juga memberikan obatnya, kecuali untuk satu penyakit. Orang tersebut bertanya : “Ya Rasulullah, penyakit apa itu?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “ Penyakit tua”

Dalam riwayat lain disebutkan :

إِنَّ اللهَ لَمْ يَنْزِلْ دَاءً إِلاَّ وَأَنْزَل لَهُشِفَاءً، عَلِمَهُ مَنْ عَلِمَهُ و جَهِلَهُ مَنْ جَهِلَهُ

“ Sesungguhnya Allah tidak menurunkan penyakit, kecuali Allah juga menurunkan obatnya. Ada orang yang mengetahui ada pula yang tidak mengetahuinya.” (HR Ahmad 4/278 dan yang lainnya, shahih)

Hadits-hadits di atas mengandung penetapan antara sebab dan pemberi sebab, serta terdapat perintah untuk berobat, dan hal tersebut tidaklah meniadakan tawakal seseorang kepada Allah. Hakekat tawakal kepada Allah adalah bersandarnya hati kepada Allah dalam usaha mendapatkan mafaat dan menghindar dari mudharat baik perkara dunia maupun akherat. Penyandaran hati tersebut harus disertai juga dengan mengambil sebab. Seperti halnya untuk menghilangkan rasa lapar dan haus dengan makan dan minum tidak meniadakan iman dan tawakal, demikian pula menghilangkan sakit dengan berobat juga tidak meniadakan tawakal seorang hamba. Bahkan tidak sempurna hakekat tawakal seseorang sehingga dia mengambil sebab yang diperbolehkan secara syar’i maupun kauni. Tidak mengambil sebab dalam bertawakal adalah cacat dan celaan terhadap tawakal itu sendiri.

Dalam sabda Nabi (لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءٌ) merupakan penguat motivasi bagi orang yang sakit maupun dokter atau orang yang memberikan pengobatan, sekaligus dorongan untuk mencari pengobatan. Termasuk petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah beliau berobat untuk diri beliau sendiri, dan juga memerintahkan keluarga dan sahabatnya untuk berobat ketika sakit. Silakan melihat petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih luas dalam pembahasan dalam pasal “ At Tibbun Nabawi” dalam kitab “Zaadul Ma’ad fii Hadyi Khairil ‘Ibaad” karya Imam Ibnul Qayyim rahimahullah.

Catatan Penting

Ada hal-hal yang wajib diperhatikan seorang hamba dalam mengambil sebab, yaitu :

1. Sebab yang diambil adalah sebab yang sudah terbukti secara kauni dan atau syar’i. Maksudnya terbukti secara kauni adalah berdasarkan kebiasaan atau berdasarkan penelitian sebab tersebut dapat berpengaruh. Misalnya makan sebab bisa kenyang, minum sebab hilangnya dahaga, minum obat penurun panas dapat meredakan demam, dan sebagainya. Adapun maksud terbukti secara syar’i adalah sebab tersebut telah disebutkan dalalm Al Qur’an maupun hadits yang shahih. Misalnya, ruqyah dapat menyembuhkan penyakit, bekam bisa digunakan untuk pengobatan, dan lain-lain.

2. Seseorang tidak bersandar kepada sebab yang dia ambil, akan tetapi harus bersandar kepada pemberi sebab, yaitu Allah Ta’ala.

3. Seorang harus mengetahui dan meyakini, meskipun sebab yang telah diambil memiliki pengaruh yang kuat dan besar, namun semuanya terjadi hanya dengan izin Allah Ta’ala. Meskipun yang memeriksa dia adalah dokter yang paling ahli dan obat yang dia minum adalah obat yang paling manjur, semua itu tidak akan berpengaruh tanpa izin Allah Ta’ala.

Ketiga hal di atas berlaku dalam semua hal yang kita lakukan. Setiap aktifitas kita tidak terlepas dari mengambil sebab, baik itu untuk meraih manfaat yang kita inginkan atau menghindari mudharat seperti ketika berobat agar sembuh dari penyakit, bekerja mencari rezeki, usaha mendapatkan anak, dan lain sebagainya.

Kesimpulan

Pembahasan ini kami sarikan dari penjelasan tentang nama Allah Asy Syaafii yang terdapat dalam kitab Fiqhul Asmaail Husna karya Syaikh ‘Abdur Razzaq bin ‘Abdil Muhsin al Badr hafidzahumallah disertai beberapa tambahan keterangan. Ada beberapa faedah yang dapat kita simpulkan dari pembahasan di atas :

1. Termasuk di antara nama-nama Allah adalah Asy Syaafii yang artinya Zat Yang Maha Menyembuhkan

2. Allah Zat Yang Maha Menyembuhkan segala penyakit, baik penyakit hati maupun penyakit jasmani.

3. Dianjurkan untuk mendoakan orang yang sakit sesuai dengan doa yang diajarkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

4. Diperbolehkan bertawasul dengan menyebut nama Allah Ta’ala, bahkan hal ini dianjurkan karena Nabi sering berdoa dengan menyebut nama-nama Allah.

5. Seseorang diperbolehkan berobat tatakala sedang sakit, dan hal ini tidaklah meniadakan tawakal seorang hamba. Bahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan orang yang sakit untuk berobat.

6. Seseorang yang berobat atau periksa ke dokter hendaknya hatinya tetap bersandar kepada Allah dalam mengharapkan kesembuhan dan tidak bersandar kepada obat yang dia minum atau dokter yang memeriksanya.

7. Seorang dokter atau praktisi pengobatan adalah hanya sebagai sebab, sedangkan yang mampu menyembuhkan hanyalah Allah Ta’ala. Tidak sepantasnya dia sombong tatkala berhasil menyembuhkan pasiennya.

Demikian pembahasan yang ringkas ini, semoga bermanfaat. Wa shallallahu ‘alaa Nabiyyina Muhammad.

HUKUM JABAT TANGAN DGN WANITA NON MUHRIM



Wanita selalu menggoda, namun kadang pula godaan juga karena si pria yang nakal. Islam selalu sendiri mengajarkan agar tidak terjadi kerusakan dalam hubungan antara pria dan wanita. Oleh karenanya, Islam memprotek atau melindungi dari perbuatan yang tidak diinginkan yaitu zina. Karenanya, Islam mengajarkan berbagai aturan ketika pria-wanita berinteraksi. Di antara adabnya adalah berjabat tangan dengan wanita non mahram.

Pendapat Ulama Madzhab Tentang Berjabat Tangan dengan Non Mahram

Mengenai hukum bersalaman atau berjabat tangan antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram, hal ini terdapat perselisihan pendapat di antara para ulama. Ada di antara mereka yang membedakan antara berjabat tangan dengan wanita tua dan wanita lainnya.

Bersalaman dengan wanita tua yang laki-laki tidak memiliki syahwat lagi dengannya, begitu pula laki-laki tua dengan wanita muda, atau sesama wanita tua dan laki-laki tua, itu dibolehkan oleh ulama Hanafiyah dan Hambali dengan syarat selama aman dari syahwat antara satu dan lainnya. Karena keharaman bersalaman yang mereka anggap adalah khawatir terjerumus dalam fitnah. Jika keduanya bersalaman tidak dengan syahwat, maka fitnah tidak akan muncul atau jarang.

Ulama Malikiyyah mengharamkan berjabat tangan dengan wanita non mahram meskipun sudah tua yang laki-laki tidak akan tertarik lagi padanya. Mereka berdalil dengan dalil keumuman dalil yang menyatakan haramnya.

Sedangkan ulama Syafi’iyyah berpendapat haramnya bersentuhan dengan wanita non mahram, termasuk pula yang sudah tua. Syafi’iyah tidak membedakan antara wanita tua dan gadis.

Sedangkan berjabat tangan antara laki-laki dengan gadis yang bukan mahramnya, dihukumi haram oleh ulama madzhab yaitu Hanafiyah, Malikiyyah, Syafi’iyyah dan Hambali dalam pendapat yang terpilih, juga oleh Ibnu Taimiyah. Ulama Hanafiyah lebih mengkhususkan pada gadis yang membuat pria tertarik. Ulama Hambali berpendapat tetap haram berjabat tangan dengan gadis yang non mahram baik dengan pembatas (seperti kain) atau lebih-lebih lagi jika tidak ada kain. (Lihat Al Mawsu’ah Al Fiqhiyyah, 37: 358-360)

Dalil yang Jadi Pegangan

Pertama, hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha

‘Urwah bin Az Zubair berkata bahwa ‘Aisyah –istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam- berkata,

عُرْوَةُ بْنُ الزُّبَيْرِ أَنَّ عَائِشَةَ زَوْجَ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَتْ كَانَتِ الْمُؤْمِنَاتُ إِذَا هَاجَرْنَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُمْتَحَنَّ بِقَوْلِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ (يَا أَيُّهَا النَّبِىُّ إِذَا جَاءَكَ الْمُؤْمِنَاتُ يُبَايِعْنَكَ عَلَى أَنْ لاَ يُشْرِكْنَ بِاللَّهِ شَيْئًا وَلاَ يَسْرِقْنَ وَلاَ يَزْنِينَ) إِلَى آخِرِ الآيَةِ. قَالَتْ عَائِشَةُ فَمَنْ أَقَرَّ بِهَذَا مِنَ الْمُؤْمِنَاتِ فَقَدْ أَقَرَّ بِالْمِحْنَةِ وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا أَقْرَرْنَ بِذَلِكَ مِنْ قَوْلِهِنَّ قَالَ لَهُنَّ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « انْطَلِقْنَ فَقَدْ بَايَعْتُكُنَّ ». وَلاَ وَاللَّهِ مَا مَسَّتْ يَدُ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَدَ امْرَأَةٍ قَطُّ. غَيْرَ أَنَّهُ يُبَايِعُهُنَّ بِالْكَلاَمِ – قَالَتْ عَائِشَةُ – وَاللَّهِ مَا أَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَلَى النِّسَاءِ قَطُّ إِلاَّ بِمَا أَمَرَهُ اللَّهُ تَعَالَى وَمَا مَسَّتْ كَفُّ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- كَفَّ امْرَأَةٍ قَطُّ وَكَانَ يَقُولُ لَهُنَّ إِذَا أَخَذَ عَلَيْهِنَّ « قَدْ بَايَعْتُكُنَّ ». كَلاَمًا.

“Jika wanita mukminah berhijrah kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mereka diuji dengan firman Allah Ta’ala (yang artinya), “Hai Nabi, apabila datang kepadamu perempuan-perempuan yang beriman untuk mengadakan janji setia, bahwa mereka tiada akan menyekutukan Allah, tidak akan mencuri, tidak akan berzina ….” (QS. Al Mumtahanah: 12). ‘Aisyah pun berkata, “Siapa saja wanita mukminah yang mengikrarkan hal ini, maka ia berarti telah diuji.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri berkata ketika para wanita mukminah mengikrarkan yang demikian, “Kalian bisa pergi karena aku sudah membaiat kalian”. Namun -demi Allah- beliau sama sekali tidak pernah menyentuh tangan seorang wanita pun. Beliau hanya membaiat para wanita dengan ucapan beliau. ‘Aisyah berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah pernah menyentuh wanita sama sekali sebagaimana yang Allah perintahkan. Tangan beliau tidaklah pernah menyentuh tangan mereka. Ketika baiat, beliau hanya membaiat melalui ucapan dengan berkata, “Aku telah membaiat kalian.” (HR. Muslim no. 1866).

Kedua, hadits Ma’qil bin Yasar.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لأَنْ يُطْعَنَ فِي رَأْسِ رَجُلٍ بِمِخْيَطٍ مِنْ حَدِيدٍ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَمَسَّ امْرَأَةً لا تَحِلُّ لَهُ

“Ditusuknya kepala seseorang dengan pasak dari besi, sungguh lebih baik baginya daripada menyentuh wanita yang bukan mahramnya.” (HR. Thobroni dalam Mu’jam Al Kabir 20: 211. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih). Hadits ini sudah menunjukkan kerasnya ancaman perbuatan tersebut, walau hadits tersebut dipermasalahkan keshahihannya oleh ulama lainnya. Yang diancam dalam hadits di atas adalah menyentuh wanita. Sedangkan bersalaman atau berjabat tangan sudah termasuk dalam perbuatan menyentuh.

Ketiga,dalil qiyas (analogi).

Melihat wanita yang bukan mahram secara sengaja dan tidak ada sebab yang syar’i dihukumi haram berdasarkan kesepakatan para ulama. Karena banyak hadits yang shahih yang menerangkan hal ini. Jika melihat saja terlarang karena dapat menimbulkan godaan syahwat. Apalagi menyentuh dan bersamalan, tentu godaannya lebih dahsyat daripada pengaruh dari pandangan mata. Berbeda halnya jika ada sebab yang mendorong hal ini seperti ingin menikahi seorang wnaita, lalu ada tujuan untuk melihatnya, maka itu boleh. Kebolehan ini dalam keadaan darurat dan sekadarnya saja.

Imam Nawawi rahimahullah berkata,

كل من حرم النظر إليه حرم مسه وقد يحل النظر مع تحريم المس فانه يحل النظر إلى الاجنبية في البيع والشراء والاخذ والعطاء ونحوها ولا يجوز مسها في شئ من ذلك

“Setiap yang diharamkan untuk dipandang, maka haram untuk disentuh. Namun ada kondisi yang membolehkan seseorang memandang –tetapi tidak boleh menyentuh, yaitu ketika bertransaksi jual beli, ketika serah terima barang, dan semacam itu. Namun sekali lagi, tetap tidak boleh menyentuh dalam keadaan-keadaan tadi. ” (Al Majmu’: 4: 635)

Dalil yang menyatakan terlarangnya pandangan kepada wanita non mahram adalah dalil-dalil berikut ini.

Allah Ta’ala berfirman,

قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ

“Katakanlah kepada laki – laki yang beriman :”Hendaklah mereka menundukkan pandangannya dan memelihara kemaluannya.” (QS. An Nuur: 30)

Dalam lanjutan ayat ini, Allah juga berfirman,

وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ

“Katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman : “Hendaklah mereka menundukkan pandangannya, dan kemaluannya” (QS. An Nuur: 31)

Ibnu Katsir ketika menafsirkan ayat pertama di atas mengatakan, ”Ayat ini merupakan perintah Allah Ta’ala kepada hamba-Nya yang beriman untuk menundukkan pandangan mereka dari hal-hal yang haram. Janganlah mereka melihat kecuali pada apa yang dihalalkan bagi mereka untuk dilihat (yaitu pada istri dan mahramnya). Hendaklah mereka juga menundukkan pandangan dari hal-hal yang haram. Jika memang mereka tiba-tiba melihat sesuatu yang haram itu dengan tidak sengaja, maka hendaklah mereka memalingkan pandangannya dengan segera.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 10: 216)

Ketika menafsirkan ayat kedua di atas, Ibnu Katsir juga mengatakan,”Firman Allah (yang artinya) ‘katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman : hendaklah mereka menundukkan pandangan mereka’ yaitu hendaklah mereka menundukkannya dari apa yang Allah haramkan dengan melihat kepada orang lain selain suaminya. Oleh karena itu, mayoritas ulama berpendapat bahwa tidak boleh seorang wanita melihat laki-laki lain (selain suami atau mahramnya, pen) baik dengan syahwat dan tanpa syahwat. … Sebagian ulama lainnya berpendapat tentang bolehnya melihat laki-laki lain dengan tanpa syahwat.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 10: 216-217)

Dari Jarir bin ‘Abdillah, beliau mengatakan,

سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَنْ نَظَرِ الْفُجَاءَةِ فَأَمَرَنِى أَنْ أَصْرِفَ بَصَرِى.

“Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang pandangan yang cuma selintas (tidak sengaja). Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepadaku agar aku segera memalingkan pandanganku.” (HR. Muslim no. 2159)

Khatimah

Dalil-dalil di atas tidak mengecualikan apakah yang disentuh adalah gadis ataukah wanita tua. Jadi, pendapat yang lebih tepat adalah haramnya menyentuh wanita yang non mahram, termasuk pula wanita tua. Realitanya yang kita saksikan, wanita tua pun ada yang diperkosa. Sedangkan untuk gadis, no way, tetap dinyatakan haram untuk menyentuh dan berjabat tangan dengannya.

Hal di atas menunjukkan bahwa wanita benar-benar dimuliakan dalam Islam sehingga tidak ada yang bisa macam-macam dan berbuat nakal. Karena itulah wanita, benar-benar dimuliakan dalam ajaran Islam. Wanita dalam Islam adalah ibarat ratu. Adakah yang berani nyelonong-nyelonong dan menjabat tangan seorang ratu –seperti Ratu Elizabeth-? Tentu saja tidak berani. Demikianlah mulianya wanita di dalam Islam.

Wallahu waliyyut taufiq was sadaad, hanya Allah yang memberi taufik untuk menjauhi yang haram.